Senin, 28 November 2016

filsafat pendidikan realisme



. FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Realisme berpendapat bahwa hakikiat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui disatu pihak, dan di pihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia. Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu: 1) Realisme nasional, 2) Realisme naturalis.
1.       Realisme Rasional
Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme religious. Bentuk utama dari realisme religius ialah “Scholastisisme” . realisme klasik ialah filsafat ynani yang pertama kali dikembangkan oleh aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama Scholastisisme oleh Thomas Aquinas, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja . Thomas Aquinas menciptakan filsafat baru dalam agama Kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.
Realisme klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan berada diluar fikiran (ide) yang mengamatinya. Tetapi sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh tuhan, dan jiwa lebih penting dari pada materi karena tuhan adalah rohani yang sempurna. Tomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu perpaduan/kesatuan materi dan rohani, dimana badan dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggungjawab untuk bertindak,namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta, karena itu manusia mencari kebahagiaan abadi.
a.       Realisme klasik
Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional. Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip  “self evident” , dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Self evident  merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena evidensi adalah asas pembuktian tentang realitas dan kebenaran sekaligus. Self evident merupakan suatu buktiyang ada pada diri (realitas,eksistensi) itu sendiri. Jadi, bukti tersebut bukan pada materi atau pada realitas yang lain. Self evident merupakan asas untuk mengerti kebenaran dan sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self evident merupakan asas bagi pengetahuan, artinya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada didalam pengetahuan atau kebenaran pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan tentang tuhan, sifat-sifat tuhan, eksistensi tuhan, adalah bersifat self evident. Artinya, bahwa adanya tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain, sebab tuhan itu self evident. Sifat tuhan itu Esa, artinya Esa hanya dimiliki Tuhan, tidak ada yang menyamainya terhadap sifat Tuhan tersebut. eksistensi Tuhan merupakan prima kuasa, penyebab pertama dan utama dari segala yang ada, yakni merupakan penyebab dari realitas alam semesta. Tujuan pendidikan bersifat intelektual. Memperhatikan intelektual adalah penting, bukan saja sebagian tujuan, melainkan dipergunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Bahan pendidiakan yang esensial bagi aliran ini, yaitu pengalaman manusia. Yang esensial adalah apa yang merupakan penyatuan dan pengulangan dari pengalaman manusia. Kneller (1971) mengemukakan bahwa realism klasik bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana, yaitu seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan fisik dan sosial. “ For the classical realist the purposes of education is enable the pupil to become an intellectually wee-balnced person, as against one who is simply well adjusted to the physical and social environment “. Menurut Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai makhluk rasional.
b.      Realisme religius
Realisme religius dalam pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa terdapat dua order  yang terdiri atas “order natural” dan “order supernatural” . kedua order tersebut berpusat pada Tuhan. Tuhan adalah pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah ditentukan, dimana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut . Menurut pandangan aliran ini, struktur sosial berakar pada aristokrasi dan demokrasi. Letak aristokrasinya adalah pada cara meletakan kekuasaan pada yang lebih tau dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti bahwa setiap orang diberi kesempatan yang luas untuk memegang setiap jabatan dalam struktur masyarakat. Hubungan gereja dengan Negara, adalah menjaga fundamental dasar dualisme antara order natural  dan order supernatural. Menurut realisme religius, karena keteraturan dan keharmonisan alam semesta sebagai ciptaan Tuhan, maka manusia harus mempelajari alam sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan utama pendidikan mempersiapkan individu untuk dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan adalah mendorong siswa memiliki keseimbangan intelektual yang baik, semata-mata penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan sosial saja. Pendidikan tentang moral, realisme religius menyetujui bahwa kita dapat memahami banyak hukum moral dengan menggunakan akal, namun dengan secara tegas beranggapan bahwa hukum-hukum moral tersebut diciptakan oleh Tuhan.
2.       Realism natural ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya sains di eropa pada abad kelima belas dan keenam belas, yang dipelopori oleh Francis Bacon, John Locke, David Hume, John Stuart Mill, dan lain-lainnya. Relisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan sosial (social Disposition). Apa yang dinamakan berfikir merupakan fungsi yang sangat kompleks dari organisme yang berhubungan dengan lingkungannya. Menurut realisme natural ilmiah, filsafat mencoba meniru objektivitas sains. Karena dunia sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah untuk meneliti sifatnya. Tugas filsafat mengkoordinsikan konsep-konsep dan temuan-temuan sains yang berlainan dan berbeda-beda. Perubahan merupakan realitas yang sesuai dengan hukum-hukum alam yang permanen, yang menyebabkan alam semesta sebagai suatu struktur yang berlangsung  terus. Karena dunia bebas dari manusia dan diatur oleh hukum alam, dan manusia memiliki sedikit kontrol, mka sekolah harus menyediakan subject matter yang akan memperkenalkan anak dengan dunia sekelilingnya. Teori kebenaran yang dipergunakan oleh kaum realisme natural ilmiah adalah teori “Korespondensi” tentang kebenaran, yang menyatakan bahwa kebenaran itu adalah persesuaian terhadap fakta dengan situasi yang nyata.kebenaran merupakan penyesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan faktanya sendiri, atau antara fikiran dengan realitas situasi lingkungannya. Teori ini sebagai penolakan terhadap teori koherensi, yang pada umumnya dipergunakan oleh kaum idealis. Menurut teori korespondens, pengetahuan baru itu dikatakan benar apabila sesuai dengan teori atau pengetahuan terdahulu yang telah ada, karena teori yang telah ada tersebut adalah benar, sesuai dengan fakta, sesuai dengan situasi yang nyata. Pandangannya tentang nilai, mereka menolak pendapat bahwa nilai memiliki sanksi supernatural. Kebaikan adalah yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya. Esensi manusia dan esensi alam adalah tetap. Realisme natural mengajarkan bahwa baik dan salah adalah hasil pemahaman kita tentang alam, bukan dari prinsip-prinsip nilai agama atau dari luar alam ini. Moralitas dilandasi oleh hasil penelitian ilmiah yang telah menunjukan kemanfaatannya pada manusia sebagai spesies tertinggi dari hewan. Sakit adalah jahat, dan sehat adalah baik. `
3.       Neo-realisme dan Realisme kritis
Selain aliran-aliran realisme diatas, masih ada lagi tandangan-pandangan lain yang termasuk realisme. Aliran-aliran tesebut disebut Neo-realisme dari Frederick Breed, dan Realisme Kritis dari Immanuel Kant . menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Realisme kritis didasarkan atas pemikiran Immanuel kant, seorang pesintesis yang besar. Ia mensistensiskan pandangan-pandangan yang berbeda, antara empirisme dan rasionalisme, antara skeptisisme dan paham kepastian, antara eudaemonisme, dengan puritanisme. Ia bukan melakukan eklektisisme yang dangkal, melainkan suatu sintesis asli yang menolak kekurangan yang berada pada kedua pihak yang disintesiskannya, dan ia membangun suatu filsafat yang kuat. Pada waktu membicarakan idealisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar