Menurut
Robbins dalam Wahab dan Umiarso (2010:60), kepemimpinan adalah
kemampuan mempengarungi kelompok kearah pencapaian tujuan. Owens
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak
sebagai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Sedangkan James
Lipham, seperti yang diikuti oleh M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan
kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru
untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.
Menurut
Josep C. Rost dalam Triantoro (2004:3), kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut
(bawahan/mitra kerja) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersama.
Dari
beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang
tersebut mau bekerja sama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering
dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsenseus anggota organisasi
untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
terdiri atas:
1. Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk mencapai tujuan manajer
4. Untuk memperoleh manfaat bersama
Dengan
demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain
para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan
perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling
berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya terjadi suatu
hubungan tiimbal balik.
Dalam
hal ini kepemimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan bagaimana seorang
pemimpin mampu mempengaruhi serta menggerakan dan mengkoordinasikan
anggotanya. Karena dalam sebuah lembaga pendidikan terdapat beberapa
beberapa komponen (warga sekolah) seperti guru, staf, peserta didik dan
masyarakat.
Oleh
sebab itu, pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam menjalankan
kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin
maka tujuan yang di ingin dicapai tidak akan tercapai secara maksimal.
Kemampuan dapat berupa kemampuan berpikir (pengetahuan), dan kemampuan
ini yang merupakan penentu keberhasilan organisasi.
Gaya Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan
Gaya
kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin yang mampu mempengaruhi karyawannya. (Wahab
dan Umiarso, 2010:64)
Dalam
lembaga pendidikan pemimpin dituntut untuk memiliki gaya yang sesuai
dengan karakteristiknya. Semakin bagus dan baik gaya seorang pemimpin
dalam lembaga pendidikan, lembaga pendidikan tersebut akan semakin mudah
dalam menggapai tujuan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui aliran teori sebagai berikut:
1. Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa “Leader are born and nor made”
(pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibut). Para penganut aliran
ini mengatakkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali ia kelak akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara
mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong tergolong pada
pandangan fasilitas atau determinis.
2. Teori Sosial
Jika
teori pertama diatas adalah teori yang ekstrim padda satu sisi, maka
teori inipun ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini
ialah “ Leader are made and not born” (Pemimpin itu dibuat atau
dididik bukan kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat bahwa setiap
orang bias menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman
yang cukup.
3. Teori Ekologi
Kedua
teori yang ekstrim diatas tidak semuanya mengandung kebenaran, maka
sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbulah aliran teori
ketiga. Teori yang disebut ekologis, teori ini pada intinya bahwa
seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia
telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan
melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif
yang laing mendekati kebenaran.Namun demikian, penelitian yang lebih
mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakanang secara pasti apa
saja factor yyang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Tipe Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan
Dalam
setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses
kepemimpinanya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin satu
dengan yang lainnya. Sebagaimana menurut G. R. Terry dalam Wahab dan
Umiiarso (2010:66) bahwa pendappatnya membagi tipe-tipe kepamimpinan
menjadi 6, yaitu:
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal ledaership).
Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan
dengan mmengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara pribadi
oleh pemimpin yang bersangkuta.
2. Tipe kepimimpinan non pribadi (non personal leader)
segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan
atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritorum leadership).
Pemimpiin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan
tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat
dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership).
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung
jawab tentang terlaksannya tujuan bersama. Agar setiap anggotanya
bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala
kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha
pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalis (paternalis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenous leadership).
Biasnya timbul dari kelompok orang-orang yyang informal dimana mungkin
mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa
menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya yang
muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam
kelompok tersebut menurut bidang keahliannya dimana ia berkecimpung.
Kepemimpinan Pendidikan Yang Efektif dalam Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan
pendidikan yang efektif memberikan dasar dan menempatkan tujuan pada
posisi penting untuk merubah norma-norma dalam program pembelajaran,
meninkatkan produktivitas, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan
kreaif untuk memperoleh hasil yang maksimal dari program institusi
pendidikan. Menurut Campbell (1993) menegaskan bahwa pemimpin-pemimpin
yang efektif menyususun tujuan-tujuan , sasaran-sasaran, mengatur
standar-standar penampilan , menciptakan lingkungan kerja yang
produktif, dan dapat dukungan yang dibutuhkan. (Internet:2010)
Faktor-Faktor Kepemimpinan Pendidikan Yang Efektif :
1. Ketepatan dalam pengambilan keputusan.
Seorang
pemimpin harus bisa mengambil keputusan dengan tepat.dalam pengambilan
keputusan oleh pemimpin pendidikan proses komunikasi itu terkandung
nilai-nilai manusiawi yang secara psikologis dan pedagogis, dapat
membawa pada kehidupan social yang tentram dan damai dengan rasa
solidaritas social yang semakin kokoh.menurut Mann (1975) pengambilan
keputusan yang rasional dalam organisasi harus dilihat dari tujuan
organisasi, sumberdaya yang ada, informasi yang lenkap tentang fungsi
sitem kerja, pengalokasian sumber dna didasarkan pada prioritas, dan
harus memahami pengelolahan dana. Suatu keputusan dalam penyelenggaraan
pedidikan dikatakan sebagai keputusan yang baik, apabila keputusan
tersebut tidak memuat alasan dan tidak perlu pula untuk diadakan
kemungkinan untuk naik banding dalam bentuk apapun.karena itu pemimpin
pendidikan harus cermat dalam pengambilan keputusan.
2. Pendelegasian pembagian tugas dengan tepat.
Kepemimpinan
pendidikan yang efektif harus bisa mendelegasikan pembagian tugas atau
pekerjaan dengan cara yang yang tepat yaitu sesuai dengan pembidangan
organisasi. Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang kepada seseorang
atau lembaga yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan ketentuan
institusin yang berlaku. Meskipun tugas-tugas tersebut telah
didelegasikan kepada bawahannya, tetapi control dan tanggungjawab tetap
ada pada pemimpin.adapun kualifikasi penerima wewenang berkenaan dengan
aspek keahlian, posisi, dan perilakunya dengan mempertimbangkan secara
jeklas penentuan formasi tugas, tanggungjawab, prosedur, prospek
pengembangan dan pendayagunaannya diarahkan pada internaslisasi prinsip
moral dan etika yang menjadi landasan terbangunnya akuntabilitas mereka
sebagai pemberi dan penerima wewenang serta menjamin proses
penyelenggaraannya benar-benar bergerak sejalan dengan aspirasi
masyarakat yaitu tidak menyimpang dari prinsip-prinsip etika, aturan
penyelenggaraan satuan pendidikan, hokum, dan konstitusi Negara.
3. Mengembangkan sikap demokrasi.
Kepemimpinan
yang efektif harus memiliki seorang pemimpin yang mengembangkan sikap
demokratis. Menurut kamus besar bahsa Indonesia (1996)mengemukakan
demokrasi adalah gagsan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama atau menjamin kemerdekaan
dan persamaan mengemukakan pendapat sebagai satu keseluruhan yang utuh.
Factor partisipasi sangat kuat pengaruhnya dalam mencapai kesuksesan
tugas seorag pemimpin, semakin banyak partisipasi bawahan dalam suatu
kegiatan semakin besar dan dinamis kehidupan kondisi organisasi
tersebut.
4. Visioner
Kepemimpinan
efektif harus visioner. Menurut Paters dan Austin (1986) mengemukakan
bahwa setiap institusi memerlukan pemimpin yang memiliki visi dan misi
atau disebut dengan visioner, dekat dengan pelanggan atau masyarakat
yang membutuhkan jasa organisasi pendidikan, memiliki gagasan inovativ
yang lua, familiar dan mempunyai semangat kerja yang
tinggi.(sallis,1992). Tidak semua tujuan disebut visi. Visi adalah
gmabran keadaan sesuatu hal dalam suatu waktu mendatang dapat menjadi
kenyataan yang mengandung cita-cita, nilai, semangat motivasi, niat yang
jelas, wawasan dan keyakinan.
5. Perduli terhadap pembaharuan
Kepemimpinan
yang efektif juga perduli tentang pembaharuhan. Keperdulian member
gambaran bahwa seorang pemimpin cepat bereaksi, tanggap dan mrespon
terhadap hal-hal yang dipandang member konstribusi terhadap kualitas
institusi yan dipimpinya sebagai bagian dari pembaharuan. Pemimpin yang
perduli dalam manajemen pendidikan, memeahami betul bahwa manajemen
pendidikan tidak terlepas dari pembaharuan yaitu tuntuan perkembangan
ilmu pengetahuan merupakan bagian dari dinamika pendidikan. Akibat dar
pembaharuan dan perkembangan ilmu pengetahuan itu menumbuhkan
konsekwensi tersendiri bagi pemimpin sebagai pemegang kendali
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar